Berani Menerima Kekalahan

2 komentar
Berawal dari permainan dakon, jadi terinspirasi untuk nulis tema ini.
Semalam suntuk nggak ada kegiatan yang bermanfaat, alias wasting time. Semuanya berasa membosankan dan tidak menggairahkan. Untung teman satu kos (Yeni, red) ada yang punya permainan dakon, di beberapa daerah ada yang menyebutnya permainan congklak. Sesekali boleh lah kembali ke masa kecil, bukan karena masa kecil kurang bahagia, justru karena amat sangat bahagia, jadi wajar dong kalau ingin mengulangnya, :-)

    Berhubung warga kos G38 cuma segelintir orang, bergantian kami sekosan main dakon, dan herannya aku berkali-kali menang, siapapun lawannya. Padahal sebelum-sebelumnya aku sering kalah. Namanya permainan pasti ada menang ada kalah, yah mungkin tadi malam dewi fortuna lagi berpihak ke aku. Waktu terus berjalan, ceileh... hingga tiba saatnya giliran aku main lagi melawan Encink. pada Permainanku dengan Encink, berkali-kali pula aku menang hingga dia geregetan. Empat sesi aku mengalahkan dia. Pada sesi kelima menjelang akhir, tiba-tiba dia sebel karena terus menerus kalah dan tanpa diduga mengobrak-abrik permainan kami. setelah itu kami semua tertawa terbahak-terbahak menertawakn tingkahnya. Berakhirlah sudah permainan dakon pada malam itu disertai dengan derai tawa aku, Ani dan Encink (tiga orang yang tersisa, karena yang lain beranjak tidur).

    Cerita di atas hanyalah cerita kecil dari sebuah permainan. Sayangnya menang kalah itu bukan hanya ada di permainan tapi juga dalam kehidupan kita. seperti layaknya sebuah koin, pasti ada dua sisi yang saling bertentangan, ada menang ada kalah. Tiap orang harus berani menerima dua kemungkinan itu, seperti apapun bentuknya. Namun, kebanyakan orang lebih berani menerima kemenangan tanpa diikuti keberanian untuk menerima kekalahan. satu yang perlu diingat, "Kalau kita terlalu takut untuk kalah, itu berarti kita tidak layak untuk menang!" karena ketakutan-ketakutan kita terhadap kekalahan akan menghambat kita dalam bertindak, bersikap dan berpikir.
    "Kekalahan hanyalah kemenangan yang tertunda". kalimat itu seringkali kita dengar sambil lalu, tapi jika ditelisik lagi, maknanya amat dalam. Kita akan lebih bisa bersyukur dengan keadaan apapun,  bisa bangkit lagi dari kekalahan dan yang terpenting  bisa belajar dari kekalahan sebelumnya.
  Kehidupan kita amat indah dan berharga untuk disia-siakan dengan hanya bersikap murung dan menyesali kekalahan yang terjadi. untuk itu, jangan hanya mempersiapkan diri untuk berani menang, tetapi juga harus mempersiapkan mental untuk menerima kekalahan. kita juga bisa mengubah pola pikir bahwa kemenangan adalah proses dari kerja keras kita, bukan TUJUAN. Matahari akan terus bersinar dan terbit dari sebelah timur, begitu juga kehidupan kita, harus tetap berjalan dan bersinar, :-)
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

2 komentar

  1. hal itu pula yang pernah ku pikirkan ketika kita sedang dilanda pemilu. Calon A akan berkata, "jika saya menang,.bla,.bla,.bla,."
    Calon B tidak kalah lantangnya, "Saya bersumpah jika saya mendapatkan amanat ini, maka saya akan bla,.bla,.bla,."
    Aku belum mendengar, "Jika saya kalah,.maka dengan keikhlasan hati,..."

    BalasHapus
  2. hooh, bener banget.. apalagi pasca pemilihan caleg kemaren, banyak yang akhirnya harus rawat inap di RSJ karena tak kuasa menerima kekalahan. menyedihkan...

    BalasHapus

Posting Komentar