Menurut Yuwono (2002), Kompos merupakan istilah untuk pupuk Organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sia buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan). Chaky (2009) menambahkan bahwa kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik seperti sayuran, daun dan ranting serta kotoran melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pupuk Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme fermentatif. Adapun proses pengomposan merupakan proses menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah.
Pada prinsipnya, teknologi pengomposan yang selama ini diterapkan meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan mikroorganisme. Melalui rekayasa kondisi lingkungan kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya. Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerobik dan anaerobik, biasanya dengan bantuan EM4 (bokashi).
EM (Effective microorganism) adalah suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah dan dapat memperbaiki kualitas tanah (Harizamrry, 2008). Menurut Yuwono (2002), EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan, berbau sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5. Ada beberapa mikroorganisme yang terdapat di dalam EM4 yaitu bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes dan jamur fermentasi. Setiap spesies mikroorganisme mepunyai peranan masing-masing. Bakteri fotosintesi adalah pelaksana bakteri EM yang terpenting karena mendukung kegiatan mikroorganisme lain dan juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikrorganisme lain.
Secara garis besar proses pengomposan dengan bantuan EM4 adalah sebagai berikut (Yuwono, 2002):
1. Pemilahan sampah organik dan nonorganik
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang bukan berasal dari makhluk hidup
2. Penghancuran bahan organik
Semakin kecil ukuran bahan organik semakin cepat proses fermentasinya.
3. Pembuatan starter EM4
Mikroorganisme di dalam larutan EM4 asli berasa dalam kondisi tidur (dorman) sehingga perlu dibangunkan (diaktifkan) dahulu dengan cara memberikan air dan makanan. Caranya adalah dengan mencampur 1 cc EM4 dengan 1 liter air (1.000 cc) dan 1 gram gula (larutan 0,1 % starter EM4). Setelah itu aduk dan diamkan selama 2-24 jam untuk memperoleh starter EM4.
4. Pencampuran serbuk gergaji
Bahan organik dicampur dengan serbuk gergaji untuk mendapatkan rasio kadar C/N terbaik. Rasio C/N terbaik adalah 30:1. Dalam kondisi tersebut proses pengomposan akan berjalan cepat. Serbuk gergaji memiliki rasio C/N 500:1, sedangkan sampah dapur 15:1. Sehingga diperlukan volume serbuk gergaji sebanyak 0,159 ember untuk tiap 5 ember sampah.
5. Pencampuran starter EM4
Pencampuran starter EM4 dilakukan dengan cara menyemprotkan EM4 sedikit demi sedikit dengan menggunakan sprayer, sambil diaduk dengan tetap mempertahankan kadar air agar tetap 30-40%.
6. Penentuan kadar air
Kadar air yang dikehendaki dan baik untuk proses fermentasi adalah 40%.
7. Fermentasi
a. Masukkan adonan sampah ke dalam bak fermentasi
b. Tutup rapat agar kondisi berjalan secara anaerobic, suhu fermentasi yang terbaik adalah 35-450 C. waktu fermentasi berkisar antara 3 – 4 hari.
c. Setelah 3-4 hari buka tutup tersebut
d. Apabila berbau sedap, maka pembuatan kompos (Bokashi) berhasil.
8. Penjemuran dan pengemasan
Penjemuran dan pengemassan dilakukan apabila kompos (Bokashi) tidak segera digunakan atau untuk dipasarkan.
Posting Komentar
Posting Komentar