Matarmaja, Potret Nyata Indonesia!

2 komentar
tak usah lah kau pergi ke warnet untuk mencari tahu kondisi bangsa, tak usah lah baca buku tebal untuk tahu sejauh mana kondisi masyarakat kita. tak usah lah berdiskusi panjng lebar membicrakan nasib masyarakat kita. cukup dengan naik kereta ekonomi, semuanya tersaji.. Realitas bangsa dan kondisi masyrakatnya.. dari yang paling mengharukan hingga yang paling menyebalkan.

Sepanjang perjalanan kita akan bertemu banyak sekali musisi dengan genre musik yang berbeda, sebgian besar seniman itu mengikuti aliran musik yang selama ini kita anggap sebagai genre musik masyrakat menengah ke bawah, masyarakat marginal, dangdut.
kita juga akan menjumpai para marketer dan broker (pedagang asongan) dengan berbagai gaya dan strategi marketing yang berbeda-beda. Menjumpai beberapa penyedia jasa: jasa semprot wangi dan jasa sapu bersih kolong seat kita. Tak ketinggalan, ada beberapa orang yang mungkin memang pilihan terakhir mereka dan satu-satunya, para peminta-peminta..
Semua yang mereka lakukan adalah bentuk dari survival. himpitan eknomi, tuntutan hidup, lapangan pekerjaan yang terbatas, skill yang pas-pasan dan pendidikan yang rendah, yang memaksa mereka harus berjuang di jalan, menjadi entrepreneur. Pasar yang dibidik sangat jelas: para penumpang yang mungkin kondisi ekonominya pun tak jauh berbeda.
menjelang malam, kondisi kereta yang tak bisa dikatakan bagus akan diperparah dengan tubuh-tubuh yang merebah dan tidur tak braturan di sepanjang koridor kereta, cukup dengan alas koran, mereka bisa terlelap. aroma rokok dan keringat campur aduk, menciptakan nuansa tersendiri yang bisa memicu perut untuk mual.
menjelang siang, sepanjang lintsan kereta, rumah-sumah seng dengan lingkungan yang kumuh berjajar. Anehnya memasuki pusat kota sedikit saja, gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh dan angkuh. Ketimpangan ekonomi. Kurang dari 24 jam, semuanya tersaji di depan kita.
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

2 komentar

  1. Ahahaha... jadi inget dulu waktu bolak-balik yogya pake matarmaja, cuma 6000 perak.. :)

    BalasHapus
  2. hohoho.. emang murah banget, :)
    makasih buat kunjungan baliknya,

    BalasHapus

Posting Komentar