Mainan edukatif tidak harus mahal

Posting Komentar

Seorang ibu tentunya selain bertugas mendidik anak juga bertugas mengatur keuangan keluarga. Bukan sebagai kasir, tapi lebih dari itu harus menjadi manajer keuangan yang kreatif, inovatif, teliti, akurat dan tepat guna. Nah, bagi keluarga muda jaman now yang mempunyai anak usia dini atau usia sekolah dasar umumnya mempunyai kran pengeluaran yang cukup besar untuk memfasilitasi mereka dengan berbagai media (buku, mainan, alat peraga bahkan gadget!) yang tentu saja harganya tidak murah.


Tujuan orangtua pasti bagus, agar anaknya semakin pintar, berkembang dan tidak ketinggalan jaman. Padahal jika kita menengok ke belakang, jaman kita kecil, banyak sekali permainan yang tidak perlu mahal namun tetap menyenangkan dan mendidik. Misalnya gobak sodor, permainan ini sangat bagus untuk motorik kasar anak, mereka juga belajar bekerjasama satu tim, belajar mengambil keputusan dengan cepat dan belajar menyusun strategi: menjebol pertahanan lawan. Selain gobak sodor, ada juga permainan lain yang tentunya juga punya banyak manfaat: ingkling, congklak, bal kasti, tendang kaleng, jambrotan, roumpet, mboren, buang kucing gering, angglong, umbul dan masih banyak lagi (nama permainan menggunakan istilah lokal). Sayangnya permainan-permainan tersebut sudah sangat jarang dimainkan. Selain karena ruang terbuka yang semakin menipis, juga karena anak-anak lebih memilih berdiam diri di depan gadget atau tv. Ini salah satu PeEr orangtua untuk kembali membumikan permainan tradisional. Apalagi baru saja saya membaca artikel dari Om Ahsan yang miris dengan anak jaman now. Maka saat ini saya selaku ibu dari dua putra harus lebih meningkatkan peran saya, bismillah.

Selain permainan tradisional sebagai alternatif menyiasati pengeluaran yang cukup besar untuk media belajar anak. Ada juga pilihan lain yaitu mainan D.I.Y (do it yourself) alias kreasi sendiri atau bebikinan. Apalagi mainan diy ini bisa memanfaatkan sampah atau bahan yang tidak terpakai. Jadi manfaatnya berlipat ganda, selain hemat juga bisa turut menyelamatkan bumi dengan me-reuse sampah sekaligus mengasah kretivitas anak

Foto ini mainan bebikinan sendiri. Belum rapi, tapi cukup untuk menghibur mas Agha. Puzzle buah semangka dibuat dari kardus bekas sarung atlas.

Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar