MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Posting Komentar



Keluarga adalah komunitas terkecil dari sebuah peradaban. karenanya, dari dalam rumahlah peradaban terbentuk. Kita sebagai orangtua lah pembentuk utamanya, mengantarkan anak-anak menuju peran peradabannya. Amanah ini lah yang dipercayakan kepada kita sebagai orangtua untuk mendidik anak-anak sesuai kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita. Karena sejatinya, tiap individu terlahir dilengkapi  dengan misi spesifikNya. Begitu pun dengan keluarga kecil kita. Allah punya tujuan mengapa seorang istri dan suami dipertemukan, mengapa kita ada di lingkungan kita sekarang, dan mengapa anak-anak yang menggemaskan itu terlahir dari rahim kita. Kita wajib menggali, menemukan misi spesifik itu.


Kalimat di atas adalah rangkuman dari materi minggu ketiga  matrikulasi Institut Ibu Profesional. Materi-materi yang disampaikan dari minggu ke minggu semakin naik kelas. Kami para ibu pembelajar, terutama aku pribadi semakin merasa betapa amatirnya diri ini, sudah beranak dua tapi ilmu "how to be a professional mother" masih sangat minim. Namun alhamdulillah, bersyukur dipertemukan dengan IIP, Allah memberikan kesempatan untuk belajar dan memperbaiki. bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?

Di program matrikulasi IIP, bukan hanya materinya yang sekelas daging semua, namun tugasnya juga mengena: menggali potensi diri, menemukan misi spesifik yang kita (pribadi dan keluarga) emban.

SURAT CINTA UNTUK SUAMI

Tugas /  NHW #3 kali ini seirama dengan materi yang aku rangkum tadi. Yang pertama adalah menulis surat cinta untuk suami. Mengulik kembali mengapa dulu kita mencintainya, percaya dan memilihnya untuk menjadi ayah dari anak-anak kita. Tujuannya salah satunya adalah untuk menyegarkan kembali cinta yang bisa saja melebur karena rutinitas.

nah, karena surat cinta inilah, pengumpulan NHW#3 ku terlambat, kalau dua tugas sebelumnya bisa  tepat waktu, kali ini  mikir dan merangkai katanya belibet, tulis delete, tulis lagi, delete lagi, berulang-ulang sampai tenggat waktu pengumpulan tugas, surat cintaku massih hanya selembar dokumen word dengan tulisan: Teruntuk suamiku tersayang.



Namun alhamdulillah, dari proses nulis delete nulis lagi itu akhirnya terciptalah karya pertama dalam sejarah pernikahan kami: surat cinta untuk suami. Surat cinta ini akhirnya menjadi evaluasi dan titik balik bagi kami. kalau tugas sebenarnya adalah menemukan  kembali alasan kita mencintainya, namun suratku lebih banyak menyatakan harapan-harapan yang selama ini yang mungkin belum tersampaikan dengan baik. Harapan untuk pribadi dan harapan untuk keluarga.

Surat cinta ini aku selipkan di saku jaket suami, jaket andalan kemanapun ia berkendara. Responnya.....

MENEMUKAN POTENSI UNIK ANAK

Bercerita mengenai anak memang tiada habisnya. Kerapkali kita mengabadikan momen-momen seru dan lucu anak kita, namun benarkah kita sudah mengenal anak-anak kita dengan sebenar-benarnya? Semoga dengan NHW ini, aku sebagai ibu dari dua putra semakin mengenal anak-anakku, menemukan potensi unik anak sehingga bisa lebih mengarahkan mereka kelak, menjadi teman, coach, trainer, guru ataupun fasilitator bagi mereka.


Himada Agha Alfatih (Agha) usianya saat ini 2 tahun 3 bulan. Saat usianya belum genap 2 tahun (23 bulan) Agha mendapat kepercayaan dari Allah untuk menjadi seorang kakak. Tugas aku sebagai ibu semakin berlipat karena ada dua balita dalam satu rumah. Namun bersyukur sekali, hamdan wa syukron lillah, Agha sangat bisa diajak kerjasama, bahkan sejak dari masa kehamilan. Agha sangat menyayangi adiknya (Affan), sampai-sampai kalau ada orang lain yang menggendong, jika itu bukan bundanya, ayahnya atau mbahkung mbahbu nya, Agha akan marah dan berujung tangis.

Sayang itu terus dipupuk dan berlanjut bahkan makin sayang sampai sekarang di usia Affan empat bulan, namun sesekali kecemburuannya mulai muncul, apalagi kalau Agha mengantuk dan butuh telinga saat menjelang tidur. Jika salah mengatasi bisa berujung tantrum. Semenjak disapih dari ASI saat usia 20 bulan, tiap mau tidur Agha mempunyai kebiasaan unik, harus memegang telinga. Kata mbahbunya itu kebiasaan turun temurun, terbukti dua sepupunya juga punya kebiasaan yang sama. Untuk mengatasi kecemburuan ini, aku lah yang harus terus belajar mengatur waktu, strategi dan memberikan pengarahan serta pemahaman, juga tentunya kerjasama  dengan suami tercinta harus terus dibangun.

Agha juga anak yang sangat mudah diberikan pemahaman terutama jika itu dengan media dongeng/fabel. Dia akan mudah mengingatnya, contoh kecil saat usianya 20 bulan, dia belum mau mengggosok gigi, sama sekali, tapi karena sering mendengar bundanya berkisah tentang Mondi Sakit gigi, akhirnya biidznillah jadi rajin menggosok gigi. Dengan pengalaman ini, sekarang untuk memberikan pemahaman atau nilai moral, maka akan lebih efektif dengan berkisah, selain tentu saja contoh nyata dari kita orangtuanya.

Agha sangat menyukai musik dan lagu-lagu. Saat ini lagu favoritnya adalah Naik Kereta Api. Adapun lagu-lagu sebelumya beragam dari mulai Aku Mau ke Mekkah, Zakat, Topi Saya Bundar, 10 Malaikat Allah, Bintang Kecil, Bangun Tidur Kuterus Mandi dan masih banyak yang lain. Hampir semua lagu yang disebutkan tadi sudah bisa diyanyikan Agha di luar kepala. Hanya saja karena kemampuan bahasanya masih belum berkembang seempurna, jadi masih ada beberapa yang kurang jelas jika dia bernyanyi. Selain lagu-lagu, surat-surat pendek pun juga sudah mulai ditirukannya dengan bahasa anak kecilnya, terutama surat alfatihah dan Tripple Qul (Annas, Al falaq dan Al Ikhlas).

Karena cintanya Agha pada lagu, sesekali aku menggubah lirik lagu untuk menyampaikan nilai atau untuk mengenalkan Allah, misal:
Semua semua semua dapat dikabulkan
dapat dikabulkan oleh Allah
Jika kita semua mau berusaha dan juga berdoa
Aku mau berusaha dan berdoa
pada Allah
Lagu tersebut mengikuti irama lagu Doraemon. Yang menyenangkan dari proses bernyanyi ini adalah ketika orang lain menutup telinga tatkala aku bernyanyi, Agha justru dengan senang hati mendengarkan bahkan meminta aku bernyanyi 😆.

Sebagaiman fitrah anak kecil, Agha suka bermain. Agha sangat menikmati permainan sejenis puzzle, menara donat, dan memasukkan bentuk-bentuk. Mungkin karena pengaruh aku dari kecil sering membuatkan puzzle dari kardus bekas, dan lebih banyak mengenalkan permainan sejenis ini. Agha bahkan sudah bisa menata menara donat dengan benar sesuai urutan di usia 9 bulan.

Agha termasuk tipe anak yang suka bereksplorasi. Ia suka mengamati hal-hal baru atau yang menurutnya menarik. Saat ini ia masih sangat menikmati kegiatan yang bertema air. Mengamati susu yang tenggelam (tercampur/larut) di air, mengamati benda-benda yang mengapung atau tenggelam, ikut riweh mencuci piring, merendam baju kotor dan mengepel teras saat hujan turun yang berakhir dengan hujan-hujanan sampai basah kuyup.

Well, kalau dikulik, cerita tentang Agha tak akan pernah habis untuk diceritakan, namun karena usia Agha baru dua tahun, jadi masih banyak yang harus digali, banyak hal pula yang perlu distimulasi, sesuai fitrahnya.

Hayyan Ahmad Affandi (Affan), terlahir 4 bulan yang lalu, tepatnya di bulan Oktober 2017. Saat ini sedang seru-serunya memasukkan jempolnya ke mulut dan bermain ludah sampai bajunya klomoh. Affan, bayi  gembul dengan bobot lahir 3.8 kg terus bertumbuh dan berkembang dengan baik, alhamdulillah. Sebelum usainya 40 hari, Affan sudah bisa menegakkan kepalanya, dan sudah bisa tengkurap di usia 3 bulan. Saat ini Affan sedang belajar untuk lebih enteng kembali ke posisi telentang.

Affan sangat responsif diajak ngobrol, selalu ditimpali dengan celoteh riangnya. Tawanya sangat renyah jika diajak bercanda atau sekedar main cilukba. Tiap bundanya mengaji, Affan nampak sangat menikmati dan mendengarkan, pun, ketika diajak bernyanyi.

Affan tipe anak yang tidak suka sepi, jika ditinggal sendirian, biasanya akan menangis karena kesepian.

Berhubung Affan juga baru 4 bulan, masih butuh waktu yang panjang untuk bisa lebih mengenalnya, melihatnya berkembang dan bertumbuh, menemukan potensi unik dirinya.

Semoga Allah mencukupkan umur kami, untuk bisa mengantarkan mereka menemukan peran peradabannya, menemukan misi penciptaan Allah. Aku percaya Allah selalu punya alasan dibalik tiap hal, begitu pula alasan mengapa mereka terlahir dari rahimku. Terus semangat dan menyemangati diri sendiri.

MENGENALI (LAGI) DIRI SENDIRI

Meskipun usia mulai menapaki kepala 3, mendapat tugas untuk mengenali kembali diri kita sendiri ternyata bukan hal yang mudah. Terbukti aku masih kadang bingung apa potensi diri sendiri yang sebenarnya. Bersyukur dengan NHW #3 yang memaksa kita untuk menemukan kembali apa potensi diri ini sebenanrnya.

Aku, emak beranak dua yang juga seorang karyawan swasta pabrik sarung, dengan pekerjaan utama hampir semuanya dikerjakan dibalik komputer, masih bisa dan selalu berusaha menyempatkan diri untuk membaca, terutama membaca novel.

Aku menyukai aktivitas membaca sedari kecil, meskipun waktu kecil, akses ke buku di desaku tinggal cukup sulit selain dari perpustakaan sekolah. Sayangnya dulu perpustakaan sekolah jarang sekali terbuka, mungkin karena tidak ada petugas khusus yang menjaga. Selain dari perpustakaan aku mempunyai saudara jauh yang tinggal di kota kecamatan, dan seringkali tiap main kesana aku pasti mencuri waktu untuk membaca majalah bobo bekas.

Kecintaanku pada buku terutama novel terus bertumbuh sampai sekarang. Novel yang aku baca beragam, dan berubah-ubah genre sejak kecil. Jaman SD, aku sangat menikmati cerita petualangan, beralih ke cerita percintaan saat remaja, dan mulai menyukai kisah-kisah sejarah dan konspirasi saat di bangku terakhir MA hingga sekarang. Namun, apapun genre nya, jika dari awal sudah menarik, pasti novel itu memanggil-manggil untuk segera dikhatamkan.

Semenjak berstatus ibu, selain novel, aku sekarang giat membaca buku atau artikel bertema parenting, sebagai bekal untuk mengasuh, mengasah dan mengasihi anak.

Dari membaca inilah, akhirnya muncul keinginan untuk bisa menjadi penulis, bisa membaca buku karyaku sendiri. Dan aku mulai belajar menulis sejak MTs, menulis cerpen. Berlanjut ke MA, selain cerpen, aku juga suka iseng-iseng menulis puisi, artikel, cerita perjalanan, curhatan pribadi. Namun belum ada satupun yang tembus media, wkwkwkw

Dulu, pernah terbersit untuk bisa tembus ke majalah Annida, majalah literasi muslim. Tapi ternyata reject, harus di-recycle, dan sampai sekarang cerpen itu masih ada di folder "karyaku" di laptop kesayangan. Selain Annida, belum ada satupun media yang aku coba, karena belum Pede. PeEr yang sangat besar untuk lebih percaya pada kemampuan diri sendiri bahwa "aku bisa menulis" diiringi dengan terus berlatih agar jam terbang semakin tinggi.

Jaman menjadi mahasiswa, aku rajin dan aktif mengikuti ajang lomba menulis, baik karya ilmiah maupun lomba menulis cerpen. Ada beberapa yang mendapat apresaisi, namun tidak sedikit juga yng harus mundur teratur menerima kekalahan. Namun sejak terjun ke rutinitas kerja, semua angan tentang menulis itu menguap, terabaikan. Bukti nyatanya adalah blog ini, 2011 sampai 2017 akhir tidak ada tulisan sama sekali. Sekali lagi, betapa istiqomah itu teramat sulit. Semoga sekarang bisa komitmen ke diri sendiri untuk terus menulis, lagi dan lagi.

Selain membaca, dari sebelum mempunyai anak, aku menyukai dunia anak-anak. Aku pernah membuka rumah untuk tempat belajar anak-anak SD sehabis maghrib. Aku menemani mereka, anak-anak tetangga belajar, apapun, dari mulai Qira'ati, surat-surat pendek, Matematika, Bahasa Indonesia dan lain sebagainya. Mereka pun nyaman bermain dan belajar bersama di rumah, mengalihkan mereka dari dunia kotak baik TV mapun HP. Sayangnya, sekali lagi betapa istiqomah harus dibarengi dengan komitmen. Kelelahan kerja dan bermalas-malasan lebih mendominasi.

Saat ini, mimpi yang dulu tertimbun, mimpi untuk punya rumah baca dan sanggar bermain anak muncul kembali, kembali kueja dalam tiap doa. Buku-buku anak pelan-pelan kubeli, terutama jika ada promo gila. Semoga sebelum Ramadhan ini bisa terealisasi.

Selain menulis, aku juga suka berjualan. Aku belajar berjualan sejak kelas 4 SD, jualan gorengan bakwan dan ciki-ciki. Aku juga berjualan telur bebek hasil dari beternak bebek sendiri. Masih sangat jelas teringat keriwehan pagi sebelum berangkat sekolah salah satunya adalah memberi makan bebek. Aku punya 5 ekor bebek, dibelikan bapak, harus dipelihara berdua dengan kakakku, tanpa campur tangan bapak atau ibu. Dulu, aku tidak tahu tujuan bapak, sekarang aku paham, bahwa itu bagian dari proses mendidik kami. Dari hasil beternak dan berjualan telur bebek ini, aku punya uang cukup banyak dibanding teman-temanku kala itu.

Menginjak MA, aku sudah tidak berkegiatan wirausaha sama sekali, murni belajar. Baru saat berstatus mahasiswa aku kembali menekuni lagi kegiatan ini, berjualan dari mulai kardigan, batik dan di akhir semester aku membuka warung gado-gado dengan teman-temanaku yang akhirnya tutup karena kami kembali ke kota kami masing-masing.

Saat ini, selain menjadi karyawan, aku dan suami sedang merintis usaha. Berharap akhirnya bisa menjadi mompreneur, mempunyai usaha bersama suami, syukur-syukur bisa memberdayakan masyarakat sekitar dan sumber daya lokal.


BERSAHABAT DENGAN MASYARAKAT

Tiap orang tentunya ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk oang lain. Apalagi sebagai muslim, yang secara jelas disebutkan dalam hadis Nabi; Khoirunnas Anfa'uhum Linnas, Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat untuk orang lain. Berharap keberadaan kita di tengah masyarakat bisa memeberikan pengaruh yang baik.

Lingkunganku tinggal saat ini adalah lingkungan yang sama saat aku kecil dulu. Setelah melanglang buana, menuntut ilmu di luar kota semasa MA dan kuliah, akhirnya aku kembali ke desaku tercinta. Tidak banyak yang berubah dari desa kecil ku ini, selain tentu saja orang-orangnya yang semakin menua.

Saat ini, aku belum banyak ikut andil dalam perkembangan di desaku, masih banyak PeEr yang harus dikejar untuk bisa benar-benar menjadi bagian dari mereka. Bersosialisasi dan membaur dengan lebih baik lagi. Namun sebenarnya, ada tantangan yang sejak dulu sudah aku baca, apa yang dibutuhkan tetanggaku dan lingkunganku dan bisa kulakukan untuk mereka. Seirama dengan minatku juga, aku ingin belajar bersama dengan anak-anak kecil di lingkunganku, menyediakan rumah baca, sanggar belajar dan bermain, mengalihkan mereka dari dunia kotak (TV/HP), memupuk kecintaan mereka pada buku.

Lingkunganku adalah desa kecil di pelosok Pekalongan, Masyarakatnya beragam, dari mulai petani, dan buruh tani, bos konveksi dan penjahit, pedagang, guru, peternak ayam/bebek/kambing, buruh pabrik dan profesi-profesi lain yang tidak begitu banyak dengan latar belakang pendidikan yang juga beragam. Meskipun masyarakat desa, ada banyak komunitas di desaku, dari mulai remaja masjid, karang taruna, komunitas remaja RT, PKK, IPPNU, kumpulan ibu-ibu pengajian (Muslimat dan Fatayat). Dan satupun aku belum aktif di dalamnya. Niat hati ingin mulai berkecimpung, namun selalu ada saja alasan untuk akhirnya menunda. Tapi, hampir 1 minggu yang lalu aku mendapat tawaran menantang dan seru, untuk membuat selebaran/tabloid dengan tema utama parenting yang nantinya akan diedarkan di kalangan ibu-ibu muda Fatayat, dua mingguan. Ini adalah kesempatan besar untuk aku pribadi memberdayakan diri, memberikan kebermanfaatan untuk orang lain dan meninggikan jam terbang menulis. Bismillah, biidznillah semoga bisa.

Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar