NHW #6 : BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA HANDAL

1 komentar


Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik. Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita.

Kalimat di atas adalah salah satu kalimat pembuka di kelas matrikulasi minggu ke enam. Betapa selama ini kita telah salah kaprah mendefinisikan ibu bekerja. Karena ibu rumah tangga pun sebenarnya ibu bekerja, namun di ranah domestik.

Tugas kali ini adalah "Being Professional". Menjadi profesional bukan hanya di ranah publik, namun justru di ranah domestik. Karena menjadi professional di ranah publik itu sudah terlalu mainstream, namun di ranah domestik? Harus direncanakan dengan matang, dan DINIKMATI. (Ditulis besar-besar karena jarang sekali menemui ibu-ibu yang bisa benar-benar menikmati pekerjaanya di ranah domestik).

Sebelum membahas tugas, kita perlu tahu dulu apa motivasi kita dalam bekerja.
  1. ASAL KERJA, menggugurkan kewajiban saja
  2. KOMPETISI, sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?
  3. PANGGILAN HATI, sehingga anda merasa ini bagian dari peran kita sebagai Khalifah?


Dasar motivasi inilah yang akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita

.
🍀Kalau masih "ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, kita menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.


🍀Kalau didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi kita stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses



🍀Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi kita sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.

Semoga motivasi kita semua ada di poin tiga: panggilan hati. Jika pun belum di tahap ini, mari kita luruskan niat, bismillah.

IBU SEBAGAI MANAJER KELUARGA

Ibu adalah manajer utama, General Manager dalam sebuah keluarga, yang harus bisa mengurus semua urusan rumah tangga. Ibu sebagai guru untuk anak-anak nya, mendidik mereka menjadi generasi yang baik. Baik aqidahnya, baik muamalah hariannya, baik akhlaknya, baik ketrampilan hidupnya. Ibu sebagai manajer keuangan keluarga, mengelola keluar masuk nya uang serta mengatur keuangan keluarga agar cshflow nya tidak macet sehingga berujung pada lilitan hutang. Ibu sebagai chef / koki handal, menyiapkan makanan yang bukan hanya enak tapi juga sarat gizi untuk keluarga, ibu sebagai perawat, merawat anak dari lahir sampai kelak mereka aqil baligh, serta merawat anak dan suami saat mereka sakit. Ibu sebagai psikolog, Ia harus paham bagaimana pola asuh, susunan keluarga, tumbuh kembang masa kanak-kanak hingga dewasa, dan pengaruh lingkungan sosial anaknya. Dan masih banyak lagi peran seorang ibu dalam keluarga.

Untuk menyiasati banyaknya peran ibu, maka seorang ibu perlu membuat skala prioritas agar semua peran itu bisa berjalan baik sebagaimana mestinya. Tanpa prioritas yang jelas, seorang ibu bisa saja hanya berkutat pada rutinitas, yang ternyata tidak membangun, tidak sesuai dengan misi hidup kita, dan kurang memberikan manfaat.

  1. Tentukan 3 aktivitas yang paling penting dan 3 aktivitas yang paling tidak penting
  2. Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktifitas dinamis
  3. Kumpulkan aktivitas rutin pada satu waktu
  4. Buat jadwal harian yang paling mudah dikerjakan
Empat poin di atas adalah tugas matrikulasi di minggu ke enam ini. Simpel ya kalau hanya dibaca, tapi untuk merencanakannya butuh pemikiran yang mendalam karena harus benar-benar direalisasikan, dan itu beraaaaat. Butuh konsistensi dan komitemen.

Setelah berpikir panjang dan semoga ini matang, berikut penjabaran empat poin di atas, bismillahirrohmanirrohim.

Tentukan 3 aktivitas yang paling penting dan 3 aktivitas yang paling tidak penting


Gambar di atas adalah kegiatan-kegiatan yang aku anggap penting dan tidak penting, kenapa aktivitas penting yang pertama bukan ibadah? Karena, ibadah sudah pasti dan jelas menjadi prioritas utama. Bukankah salah satu tujuan kita diciptakan di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah? selain itu tiga aktivitas penting di atas adalah salah satu bentuk ibadah, selain sholat, tilawah, puasa, zakat, shodaqoh.

a. Mengurus keluarga (Suami dan anak)
Sudah sangat jelas, bahwa tugas kita sebagai istri dan ibu adalah mengurus keluarga,  memastikan semuanya berjalan sebagaimana mestinya, menjadi fasilitator anak, membantu mereka menemukan fitrah bakat, dan mendidik mereka menjadi aqil ketika sampai pada usia baligh. Begitupun kaitannya dengan suami, menjadi istri yang menyenangkan bagi suami, rapi dan nyaman ketika dilihat, bukan hanya rapi ketika berangkat kerja. Menjadi teman curhat dan teman diskusi yang asik.

b. Pengembangan Diri
Pengembangan diri ini menjadi hal yang sangat penting, karena jika kita tidak berkembang, maka berarti kita mati. Adapun yang termasuk dalam pengembangan diri adalah konsisten menuntut ilmu (dimanapun dan kapanpun), membaca buku, menghadiri majlis ilmu baik pengajian, seminar, workshop, pelatihan atau sekedar kopdar sharing pengalaman denganteman-teman dunia maya yang satu minat.

c. Menulis
Menulis merupakan passion yang selama ini aku cari-cari (Semoga tidak keliru). Jadi dengan menulis selain bisa mengabadikan momen, menuangkan ide, berbagi ilmu, namun juga bisa menjadi "me time". Dengan menulis, pikiran menjadi segar dan hati menjadi tenang.

Adapun tiga aktivitas tidak penting yang selama  ini masih menyita cukup banyak waktu adalah:

a. Browsing dan stalking tidak jelas
Browsing dengan tujuan untuk belajar, misalnya browsing "Cara Menggali Ide" bisa menjadi aktivitas penting poin pengembangan diri atau poin menulis. Namun, browsing asal-asalan hanya akan memakan waktu yang panjang namun tidak memberikan manfaat berimbang, tidak sesuai dmisi hidup dan tidak menjadikan kita ahli atau professionala. Begitupun dengan stalking media sosial orang lain tanpa tujuan yang jelas, hanya karena kemal alias kepo maksimal, hanya akan membuang-buang waktu, tenaga, dan juga kuota.

b. Ngobrol ngalor ngidul terlalu lama
Salah satu aktivitas rutin pagi hari saat weekend adalah berkumpul dengan bude, bulek, buyut di belakang rumah, di samping mushola sembari berjemur atau menemani anak-anak main di halaman. Biasanya kami membicarakan apapun, tujuan awal sebenarnya adalah menjaga komunikasi. Dalam perbincangan itu, insya Allah ada transfer ilmu di antara kami, namun juga tidak menutup kemungkinan adanya ghibah dan obrolan-obrolan ringan yang apabila tidak dikontrol, maka akan sangat membunuh waktu dan menjadi sia-sia.

c. Tidur terlalu malam
Tidur terlalu malam merupakan salah satu kebiasaan buruk yang harus segera dimusnahkan, namun sangat sulit karena hal ini sudah menjadi rutinitas sejak SMA, penyakit lama. Jadi perjuangan harus benar-benar ekstra. Aktivitas ini bisa menjadi lingkaran setan kacaubalau nya kegiatan selama sehari penuh. Karena, dengan tidur terlalu malam, akhirnya bangun bisa kesiangan, pagi hari masih mengantuk, pekerjaan rumah masih acakadut, sarapan belum siap, gugup ketikaberangkat kerja, dan tidak fresh di kantor sehingga pekerjaan tidak optimal, tidak bisa sesuai deadline atau tidak sesuai target. Begitu pun ketika hari libur atau weekend, karena bangun kesiangan, rencana kegiatan yang sudah disusun bisa mundur dan tidak optimal.

Setelah menuliskan enam aktivitas di atas, ada satu hal yang disadari dan perlu diperbaiki. Selama ini keenam aktivitas di atas paling mendominasi keseharian berurutan dari tiga teratas: Mengurus anak (mengurus  suami belum optimal), Browsing dan stalking tanpa tujuan yang jelas dan membaca.
Semoga dengan kesadaran ini bisa menjadi titik balik untuk memperbaiiki diri, lebih baik dari hari ke hari.

Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktifitas dinamis

Insya Allah dengan semakin memahami aktivitas apa saja yang penting dalam berproses menjadi ibu professional yang bisa memberikan manfaat pada orang lain, akan semakin bisa menghargai waktu. Menggunakan waktu-waktu yang tersedia untuk aktivitas-aktivitas penting, agar jam terbang semakin tinggi.

Kumpulkan aktivitas rutin pada satu waktu

Untuk menghindari waktu kita habis oleh rutinitas, maka perlu alokasi waktu khusus. Aku memilih waktu membersihkan rumah, memasak sarapan dan mencuci baju pada jam 03.30 - 05.30. Dini hari adalah waktu yang sangat tepat untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, apalagi aku juga ibu yang juga bekerja di ranah publik tanpa seoranga asisten rumah tangga. Jam 07. 00 aku sudah harus sudah siap di atas motor dan cus berangkat kerja. Jadi sebisa mungkin sebelum berangkat semuanya  sudah rapi.

Aku tinggal bersama dengan ibu dan bapak, jadi rutinitas pagi dikerjakan bersama ibu. Sebenarnya secara pribadi aku sangat menginginkan dan membutuhkan asisten rumah tangga fullday atau paling tidak sesiangan bukan sebutuhnya saja, namun karena ibu  belum mengizinkan, semunya dkerjakan gotong royong oleh seisi rumah. Alhamdulillah suami juga tipe orang yang mau ikut andil dalam pekerjaan domestik, begitupun bapak. Biasanya suami ikut membantu menjemur pakaian, bapak mengepel teras rumah. Jadi kami saling bahu membahu, justru diantara penghuni rumah aku lah yang paling malas menjalankan pekerjaan domestik, huhuhuhu. Ini Pe-Er banget, namun menurut pendapat pribadi, hal-hal semacam ini bisa didelegasikan, apalagi jika memang waktu kita sudah penuh untuk kegiatan lain yang jauh lebih bisa memberikan manfaat. maka mendelegasikan pekerjaan rumah justru bisa menajdi keharusan.

Buat jadwal harian yang paling mudah dikerjakan

Berikut adalah jadwal harian yang semoga bisa konsisten menjalankannya.

Jadwal tersebut tidak paten terjadwal seperti apa yang tertulis, seringkali perlu dikondisikan sesuai keadaan riil. Apalagi mengingat anak-anak masih di bawah tiga tahun, jadi waktu sangat bisa berubah sewaktu-waktu. Prinsipnya adalah, untuk hal-hal yang penting lebih diutamakan. Pekerjaan domestik tertentu yang tidak tercapai, namun waktu dan tenaga kami sudah menlampaui ambang batas, maka kami delegasikan ke orang lain / tetangga untuk membantu. tidak setiap hari, hanya sesekali.

yups, sekian pemaparan  belajar menjadi manajer keluarga yang handal ala aku. Semoga samakin hari semakin baik.



Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar