Semarak Ramadhan di Desa

Posting Komentar

Ramadhan , bulan dimana pahala dilipatgandakan. Di bulan ini, Orang-orang beriman saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Mushola maupun masjid menjadi sangat ramai dan lebih hidup dibanding bulan lain.

Di desa saya, desa dengan lanskap persawahan dan dikelilingi sungai-sungai besar di kanan dan kirinya, hampir tiap mushola selalu ada agenda tadarus sehabis sholat isya saat bulan Ramadhan. Agenda ini sudah membudaya sejak saya masih kecil atau bahkan mungkin sejak orangtua saya kecil. Pengeras suara mushola mengudara dengan lantunan ayat-ayat Alquran hingga malam. Anak-anak kecil berkerumun menjadi pendengar, menyimak ayat-ayat Allah. Pada gilirannya mereka juga membaca untuk disimak oleh orang dewasa, dan dibenarkan bacaannya jika ada yang tidak sesuai entah tajwid maupun makhorijul hurufnya.

Selain tadarus rutin ba'da Isya, pengajian pagi habis subuh maupun menjelang berbuka juga banyak digelar. Pemateri lokal desa maupun interlokal dari desa tetangga atau kota kecamatan atau bahkan kota-kota jauh dihadirkan. Pokok bahasan bermacam-macam, dari mulai fiqih sampai tafsir Alquran. Semuanya dengan tujuan mengambil berkah Ramadhan dan memanen pahala yang berlipat ganda. Alhamdulillah, animo masyarakat untuk mengaji masih cukup kuat, meskipun tetap lebih banyak didominasi oleh para ibu-ibu atau bapak-bapak lansia.

Untuk turut memeriahkan, ibu-ibu di desa saya biasanya mengambil peran, dengan memberikan takjil pada saat menjelang berbuka. Mencari pahala dengan memberikan makan orang yang berpuasa, seperti hadist nabi yang artinya: “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad). Di beberapa mushola atau masjid, ada yang memang dibuat jadwal rutin pemberian takjil, ada pula mushola yang tidak terjadwal, sesuka hati, siapapun yang ingin berbagi pada hari itu dipersilakan.

Ramadhan memanglah bulan penuh rahmat dan berkah. Berkah juga dirasakan oleh para orangtua di desa saya saat melihat anaknya disibukkan kegiatan positif. Anak-anak kecil yang biasanya menghabiskan waktu untuk bermain gadget beralih pada lembaran cheklist Ramadhan dari sekolah. Mendatangi majlis-majlis ilmu yang diadakan, turut meramaikan, menjadikan Ramadhan lebih semarak. Mereka juga ikut memenuhi barisan saf tarawih. Meskipun diiringi canda tawa, tapi dari proses inilah anak-anak belajar mencintai mushola maupun masjid.

Ini adalah cerita kecil semarak Ramadhan di desa saya yang dimeriahkan pula oleh anak-anak. Semoga budaya ini mengakar dan langgeng, budaya baik harus dipertahankan bukan?

****

Diikutkan dalam Mays Challenge: Gratitude Journal Rimbel Literasi Media Ibu Prodesional Semarang
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar