Cerita Tarawihku

Posting Komentar


Suara adzan berkumandang, memanggil umat islam agar segera berdatangan ke mushola atau masjid, mendirikan sholat berjamaah. Dengan perut kenyang setelah berbuka, mereka tetap bersemangat, bergulir ke mushola. Gesekan suara sandal dengan ubin di gang sebelah rumah sesekali terdengar, tanda mereka terburu-buru takut tertinggal. Ada pula suara riuh anak-anak diiringi canda tawa, yang berjalan ke mushola, ingin ikut melantunkan puji-pujian sembari menunggu imam datang. Ada juga yang datang dengan langkah gontai, entah kekenyangan berbuka atau justru karena lapar belum makan besar, baru sekedar takjil. Pemandangan dan suara-suara tersebut sudah menjadi rutinitas harian, apalagi saat Ramadhan seperti sekarang, jumlah mereka bisa naik hampir dua kali lipat dibanding hari biasa.

Aku duduk di kursi depan sembari mengamati, menikmati pemandangan ini setiap hari. Sudah tiga tahun berlalu, aku tidak bisa menjadi bagian dari para jamaah tarawih. Ingin rasanya segera wudhu dan berlari ke mushola. Rasa rindu ini teramat sangat, menyeruak. Merindui tarawih dengan rakaat-rakaatnya, mengikuti irama para imam.


Tahun-tahun sebelumnya, tahun yang cukup jauh, beberapa masjid kusinggahi, safari masjid. Kuingat kembali masjid dengan kekhasannya masing-masing. Berbeda imam, beda pula ritme nya, ada yang temponya singkat dan padat, ada pula yang teramat pelan dan kadang melenakan. Ada yang diiringi dengan kajian singkat di sela tarawih dan witir, ada pula yang di akhir, pun ada yang tidak sama sekali. Ah, itu hanyalah kenangan, di kota yang juga penuh dengan sejuta impian, Malang yang mempesona. Kota dimana aku merajut mimpi yang sangat tinggi.

"Nda, adek bangun," celoteh Agha yang meninggalkan lego nya demi untuk melihat adiknya yang terbangun. Aku tersentak, buyar sudah barisan kenangan yang baru saja kuhimpun. Aku kembali ke duniaku, emak beranak dua, dan keduanya masih balita. Aku tergopoh masuk ke dalam kamar. Affan menangis karena haus. Dengan sigap, aku segera menyusuinya. Ia pun kembali terlelap.

Suara bilal yang mengudara dari mushola di belakang rumah menandakan bahwa wirid isya sudah selesai dan tarawih akan segera dimulai.

"Nda, itu, udah bunyi." Sekali lagi Agha berceloteh, ia sangat menyukai suara bilal tarawih. Aku tersenyum, doa baik segera kupanjatkan untuk Agha dan Affan. Berharap mereka menjadi generasi yang membumikan Quran dan menghidupkan masjid.

"Nda, ayah sholat ya? Agha susul ya?" tanyanya dengan suara cadel.

"Sebentar ya Sayang, nanti Bunda antar kalau adek sudah selesai, tapi janji sama Bunda ya, mushola itu tempat untuk sholat, bukan lari-lari, oke?" aku berusaha untuk mencegah dia berlarian di mushola agar tidak mengganggu.

"Lari-lari Nda," jawab Agha dengan polos, tak peduli dengan ucapanku.

"Agha masih ingat cerita Gugi dan Mondis yang lari-lari di mushola?" tanyaku berusaha memanggil kembaklli ingatan Agha dengan dongeng fabel yang aku ceritakan.

"Iya, jatuh, nangis," jawab Agha sambil manyun.

"Jadi, Agha masih mau lari-lari di mushola nanti?"

"Enggak, nanti jatuh."

"Good, tos dulu sama Bunda sini." Agha menyodorkan tanggannya untuk tos dan berlari ke kamar depan, kemudian kembali dengan membawa baju koko putih dan sebuah peci.

"Pakaiin bajunya Nda," pinta Agha sembari berusaha memakai celananya.

Affan sudah benar-benar terlelap, aku menyudahi ASI untuk Affan. Kupakaikan baju koko Agha dan mengantarnya ke mushola. Ia berlari ke arah ayahnya. Menggelar sajadah, gambar masjidnya terbalik tapi ia tak peduli, mungkin lebih tepatnya tak tahu. Aku tersenyum dan kembali ke kamar. Ada yang menghangat di hati, sekali lagi kulangitkan doa-doa untuk mereka.

Ah, tarawih memang ibadah khusus di bulan Ramadhan. Pahala nya juga pasti berlipat ganda. Tak apa tidak berjamaah, masih bisa dilakukan di rumah. Ada amanah yang lebih besar yang harus kutunaikan, menjaga duo sholih dan mendidiknya. Usia Affan yang baru 7 bulan tidak memungkinkan untuk diajak ke mushola. Sedangkan Agha masih moody, kadang teramat bersemangat untuk ikut sholat, kadang sama sekali tidak mau.

Saat ini aku memang tertinggal tarawih berjamaah, tapi esok lusa saat mereka mendewasa, atas izin Allah, aku ada di saf makmum dan mereka menjadi imamnya, amin.
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar