Menjawab Pertanyaan Anak

1 komentar

Apakah anak-anak kalian sudah mulai bertanya macam-macam? Jika jawabannya 'iya' maka sama, Agha pun demikian. Ia mulai bertanya macam-macam yang terkadang membuat dahi ini mengkerut dan bibir mengerucut. Mungkin fitrah belajarnya sudah mulai tumbuh, hingga ia mulai menanyakan tiap hal yang menurutnya aneh atau memang dia tidak tahu dan ingin tahu. Usia Agha saat ini tiga tahun kurang dua bulan. November nanti baru memasuki tahun ketiga usianya. Di tahun ini, rasa ingin tahunya berkembang pesat.

Sebenarnya aku suka sekali tiap Agha menanyakan sesuatu. Apalagi jika aku bisa menjawabnya dengan lancar bak seorang ahli, puas dan bangga sekali rasanya. Ditambah lagi melihat binar mata Agha yang juga puas dengan jawaban bundanya.  Makin mekar hidung ini sangkin senangnya. Mungkin seperti inilah perasaan seorang guru saat menjelaskan kepada anak didiknya yang berbinar-binar.

Nah, kemaren saat mandi, Agha minta mandi dengan bak mandi adek Affan. Saat aku mengambil sabun, karena sabun mandinya batangan Agha mengomentari bentuk dan warnanya.

"Unda, kok sabunnya putih, nggak merah?"

"Karena emang Bunda belinya yang warna putih."

"Kok nggak merah?" tanya Agha sekali lagi.

"Kalau yang putih habis mau beli yang merah po Mas?" tanyaku menimpali.

"Iya." Agha menjawab sambil mengangguk dan mengambil sabun. Saat sadar bentuknya mulai tak beraturan, keluar lah komentar lanjutan dari Agha.

"Unda, kok gini?"

"Gini gimana?" tanyaku pura-pura nggak tahu.

"Bentuknya kok gini?" tanyanya sekali lagi.

"Owh, bentuknya?"

"Iya, kok nggak kotak?" Agha masih memnpertanyakan bentuk sabun yang tak lagi kotak.

"Kan sudah dipakai sama Mas Agha, bentuknya berubah deh," jawabku agak asal karena hanya jawaban inilah yang muncul.

"Kok nggak oval?"

"Soalnya sudah dikrues-krues sama Mas Agha, Agha suka sabun oval?"

"Agha suka kotak," jawab Agha lantang.

"Kenapa?" aku balik bertanya.

"Emmm emmm, soalnya bagus."

"Owwww".

Sesi mandi pun usai dan perbincangan kami tentang sabun pun berakhir. Sebenarnya selain pertanyaan tentang sabun, Agha seringkali bertanya tentang banyak hal. Satu pertanyaan yang sampai sekarang masih sangat membekas di hati adalah tentang matahari. Sampai hari ini aku belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

Waktu itu, kami pulang menjelang senja. Langit mulai berwarna lembayung. Begitu pun matahari, sinarnya merah saga. Saat melewati jembatan gantung di atas sungai besar yang mengalir deras, matahari nampak begitu bulat di sebelah barat.

"Unda, bulannya besar," kata Agha takjub.

"Eh, itu bukan bulan Nak, itu matahari."

"Tapi kok kayak bulan," Agha keukeuh menganggapnya sebagai bulan.

"Hayooo, yang bersinar saat siang bulan atau matahari?" tanyaku memberikan umpan pertanyaan.

"Matahari Nda," jawab Agha mulai berpikir.

"Ini siang atau malam?"

"Siang," jawab Agha merenung di atas  motor yang kulajukan amat pelan.

"Pinter, berarti tadi yang dilihat Agha bulan atau matahari?"

"Matahari, bulannya keluarnya ntar malam ya Nda?"

"He'eh, tuh pinter anak sholehnya Bunda." pujiku tulus ke Agha.

Beberapa puluh meter kemudian saat kami melintas di persawahan, Agha kembali melihat matahari merah saga di ufuk barat padahal sebelumnya matahari mulai tak terlihat karena tertutup rumah penduduk.

"Unda, ada matahari lagi, itu," teriak Agha sembari menunjuk-nunjuk sebelah barat.

Hal ini terulang berulang kali, tak terlihat dan muncul kembali. Agha pun mulai mengambil kesimpulan.

"Unda, mataharinya ngikutin Agha ya?"

Aku yang mendengar pertanyaan Agha tiba-tiba pusing, harus dijawab dengan jawaban seperti apa.

"Hmmmm, mataharinya nggak ngikutin kita, tapi kita yang ngikutin matahari." jawabku rahu-ragu.

"Kok bisa? Mataharinya ngikutin kita kok," Agha masih keukeuh dengan pendapatnya.

"Agha masih ingat di buku Agha yang alam semesta?"

"Ingat apa?"

"Ada bumiyang mengelilingi matahari, nah kita kan di bumi." jawabku semakin belibet.

"...."

Hening, Agha diam tak menjawab. Hanya deru suara motor yang terdengar. Mungkin dia masih berpikir, atau justru jawabanku terlalu tingi untuk anak seusianya? Entahlah

"Gha...," panggilku memecah kesunyian diantara kami.

"Dayem (dalem),"

"Kok diam?"

"Mataharinya nggak ngikutin kita?" tanya Agha lagi mempertanyakan kembali tentang matahari.

"Iya, nggak ngikutin kita, nanti kita cari tahu lagi yuk jawabannya di buku," ajak aku bersemangat.

"Ayuk," Agha menjawab jauh lebih bersemangat.

Aku pun menyanyikan lagu dan diikuti oleh Agha.

Bumi itu bulat
Bulat besar sekali
Bulan juga bulat
Bersinar malam hari
Langit yang tinggi
Lautan yang luas
Semua ciptaan Allah

Harapannya, semoga jawaban-jawaban yang kusuguhkan untuk Agha tidak membunuh rasa ingin tahunya. Karena ini sebagai salah satu tanda fitrah belajarnya mulai bertumbuh, pelan tapi pasti.

#Day8
#Gamelevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar