Cerita tentang Orang China Part 2

2 komentar

Hampir satu bulan ini, hari-hari kami di kantor dipenuhi interaksi dengan teknisi dari China. Dua orang asing yang tak asing lagi. Tak terasa ternyata waktu berjalan teramat cepat. Sudah saatnya para tamu ini kembali ke negri asalnya.

Beberapa hari sebelumnya kami sudah menanyakan ke pihak user terkait kepulangan mereka. Mengingat visa mereka yang hampir habis. Melihat reaksi user yang santai, kami pikir mungkin akan diperpanjang. Hari demi hari pun berlalu, dan kami asik dengan kesibukan lain.


Barulah saat tanggal menunjukkan kurang tiga hari dari masa aktif visa. Semua orang saling mengingatkan kami untuk mengurus kepulangan mereka ke kampung halaman. Sepertinya tim kami memang didesain untuk selalu siap dengan kasus-kasus emergency seperti ini.

Bersyukurnya zaman sekarang serba mudah. Dunia dalam genggaman. Sebelum memutuskan maskapai apa yang digunakan, kami saling berkordinasi menentukan kota tujuan. Pilihannya adalah Beijing, Sanghai dan Hangzhou. Pemberangkatan pun ada dua pilihan, antara Semarang dan Surabaya.

Dari berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk penerbangan Air Asia Jalarta Hangzhou, karena biaya yang jauh lebih murah dibanding dua kota yang saya sebut sebelumnya. Sebelum memesan, kami laporkan dulu ke beberpa pimpinan tertinggi. Mereka mengiyakan pilihan kami. Karena satu dan lain hal, baru pada esoknya kami memesan maskapai sesuai rencana via aplikasi traveloka. Sayang sungguh sayang, berulangkali mencoba tetap saja hasilnya zong, maskapai sedang dalam permasalahan.

Untuk memutuskan perubahan rencana, kami harus melaporkan dulu ke pimpinan. Tapi kami baru tersadar, pimpinan sudah tidak ada di lokasi dan baru kembali hari senin depan. Waktu itu hari Jumat, Visa habis hari Sabtunya. Akhirnya mau tak mau kami memutuskan sendiri apa-apa yang kami anhgap baik. Daripada telat dan permasalahan lain muncul. Urusan pimpinan, urus belakangan.

Maskapai altrnatif pengganti pun kami pilih, Thai Lion Jakarta Hangzhou. Jam penerbangan pukul enam pagi. Berarti harus berangkat sore ini juga. Minimal kereta Jakarta jam lima sore.

Salah satu dari kami segera ke stasiun Pekalongan, mengingat sudah mepet, tidak bisa dipesan via aplikasi, harus on the spot. Kabar kuurang baik pun akhirnya kuterima juga, seluruh kerera jakarat sore ini habis. Jam istirahat yang seharusnya santai seperi di pantai pun musnah sudah. Mulai berpikir alternatif lain. Dipilihlah mobil sebagai satu-satunya cara untuk tetap bisa sampai ke lokasi tepat waktu. Padahal capeknya jauh berlipat dibansing kereta. Apa boleh buat, kami menghindari permasalahan lain yang muncul.

Usai sholat jumat, mobil pun meluncur membawa dua orang China yang selama satu bulan ini cukup mewarnai hari-hari kami. Ditemani oleh salah satu rekan yang juga atasan langsung dan lelaki satu-satunya di ruangan kami.

Dari cerita rekan tersebut, meskipun jalanan padat merayap, mereka sampai dengan tepat waktu. Sebenarnya ada tragedi yang nyaris menjadi cerita panjang sepanjang bulan yang terjadi pada mereka. Judul ceritanya SElAMAT DARI MAUT.

Jadi, karena driver mengantuk, rekan tersebut berbaik hati untuk menggantikan menyetir. Mobilpun dipinggirkan ke bahu jalan. Sang driver keluar melalui pintu sebelah kanan. Saat akan membuka pintu untuk masuk kembali, dari belakang ada truk yang hampir oleng karrna ban pecah. Keajaiban Allah pun nyata adanya, berjarak kurang dari sepluh cm dari mobil, truk itu berhenti, bisa dikendalina. Dua teknisi China sudah menjerit ketakutan, "I am scared, I am scared.

Mendengar kejadian ini, sekali lagi kita mengingat maut yanh bisa datang kapanpun sesuai dengan kehendak langit. Sekuat apapun kita berlari, atau sesering apapun kita berusaha mengakhiri maka hanya kuasa Allah lah yang bisa menentukan kapan berkhirnya cerita hidup kita di dunia.
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

2 komentar

  1. MasyaAllah ... Semua kembali pada Allah ya mbak, sesuatu yang tidak mungkin di tangan Allah menjadi begitu mudah dikendalikan. Merinding.

    BalasHapus

Posting Komentar