Makan di Luar

Posting Komentar


Kemaren, usai jalan-jalan pagi dengan ayah aku mengajak Agha untuk sarapan. Aku kira akan mendapatkan jawaban penuh semangat mengingat Agha baru saja menyampaikan kalau dia lapar. Tapi jawabannya membuatku heran bahkan terkaget-kaget.

"Agha mau makan di luar Nda," kata Agha sembari merebahkan badannya di kasur.

"Loh, kok makan di luar?" tanyaku heran. Jika adegan ini difilmkan, bisa jadi dahiku nampak berkerut-kerut mendengar celoteh Agha.

"Iya, sama Ayah," jawab Agha masih tiduran di kasur. 

"Makan di rumah aja ya, Bunda sudah goreng telur lho." aku berharap Agha mau diajak makan di rumah. Telur adalah favorit Agha. Menu termudah jika Agha tidak mau apapun.

"Nggak mau, Agha mau makan di luar." Agha masih keukeuh dengan kemauannya.

"Emangnya Mas Agha mau makan apa kalau makan di luar?" tanyaku memulai negosiasi.

"Agha mau ayam kriuk." Agha menjawab sembari mulai mengambil mainan milik Affan, boneka jari. Agha menumpahkannya dari dalam wadah.


"Makan ayam kriuknya nanti siang ya, sekarang makan telur dulu Bunda gorengin lagi yang kriuk," tawarku pada Agha.

"Nggak mau." Sesimpel itu jawaban Agha, matanya bahkan teta fokus pada sepuluh boneka jari di hadapannya.

"Gha, jam segini belum ada warung ayam kriuk yang buka, bukanya baru nanti agak siang," jelasku lembut meski mulai sebal ke Agha.

"Nggak mau, Agha mau makan di luar." Kali ini Agha mulai kesal dengan tawaran-tawaranku. Intonasi suaranya mulai meninggi. Ini merupakan sinyal, tanda-tanda rewel akan segera dimulai. Kulirik jam dinding di kamar, sudah hampir jam setengah tujuh. Aku belum mandi dan juga belum sarapan.

"Agha mau dengerin Bunda sebentar?"

Agha mengangguk.

"Kalau pagi seperti ini, tempat makan ayam kriuk belum ada yang buka, jadi Agha makan di rumah ya, lagian kalau Agha makan di rumah Agha bisa hemat lho, uangnya bisa ditabung di celengan Agha, katanya mau nabung mau buat beli apa hayo?" Kucoba mengingatkan konsep hemat yang sedang kami bangun. Agha sedang menginginkan mainan baru dan kuajak dia mengumpulkan sendiri uangnya.

Mendengar penjelasanku Agha termenung, untuk kemudian mewek dan menangis sambil berkata terbata-bata "Agha mau makan di luar, mau makan ayam kriuk."

Hhhh, Sebenarnya mungkin ada beberapa kalimatku yang meresap di otaknya, tapi keinginanya untuk makan ayam kriuk jauh lebih kuat. Akhirnya aku menyerah dan ayahnya menengahi.

"Ya sudah ayok kita keluar, kita lihat warungnya sudah buka atau belum, kalau belum kita pulang ya, kita makan di rumah," ucap ayah ke Agha yang disambut dengan anggukan kecil.

"Sebelum keluar, dirapikan dulu mainannya yuk Mas." Aku mengajak Agha untuk tetap konsisten merapikan mainan setelah digunakan.

Mendengar seruanku, Agha cemberut kembali. "Ya sudah, Bunda bantu rapikan ya, kita balapan yuk."

Agha pun mengangguk dan kami merapikan boneka jari milik Affan bersama.

"Oh ya Mas, jangan lupa nanti bilang Dek Affan ya kalau Mas Agha tadi pinjam mainan Adek," pintaku ke Agha.

Agha menjawab dengan jawaban singkat sembari berlari ke motor ayah, "Iya Nda."

#Harike3
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar