Memasukkan Jeruk ke Keranjang

Posting Komentar


Sepulang kerja, memasuki rumah aku disambut dengan buah jeruk yang berserakan di ruang tengah. Posisinya bepencar, ada yang di kasur, di lantai bahkan di kolong meja TV dan kolong lemari kitab mbahkung. Pemandangan yang menakjubkan. Reaksiku? cukuplah untuk menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

Dalam keterpanaan, saat masuk kamar, ternyata ada keranjang kecil tempat jeruk biasanya bersemayam sedang asik masyuk di atas bantal. Aku nyengir kuda, mengatur hati jangan sampai terbawa emosi. Mas Agha yang sedari dari pintu depan membuntutiku terlebih dulu kusuruh menunggu di luar. Aku butuh privasi untuk berganti pakaian dinas harian, daster batik kesukaan.

Usai berganti pakaian dan mencuci tangan, Kuambil alih Affan dari gendongan Mbahibu. Jangan tanyakan aku kapan aku mandi sore. Karena itu adalah salah satu kemewahan yang jarang sekali bisa kudapatkan. Agha mulai bergelayut manja mengikutiku yang mengambil minum ke belakang sembari menggendong Affan.

Setelahnya aku kembali ke ruang tengah, duduk santai dengan dua bocah. Ayah yang memang tiap Jumat libur memilih di kamar menyelonjorkan kaki.

"Mas Agha, ini yang metik jeruk siapa ya? banyak banget?" tanyaku memancing percakapan. Tepat di sebelah rumah kami ada pohon jeruk yang terus berbuah sepanjang tahun. Buah jeruknya sangat kecil, biasanya kami manfaatkan untuk membuat minuman atau untuk memasak.

"Tadi Mbahakung yang metik yo Nda," jawab Agha dengan logat Pekalongan yang kental.

"Oh gitu, Mas Agha nggak bantuin metik?"

"Nggak Nda, tinggi, Agha nggak nyampai yo Nda," jelas Agha masih dengan kekhasannya.

"Terus yang mainin jeruk disini siapa?" aku mencoba menggali apa yang terjadi dengan para jeruk.

"Tadi Agha main sama Adek, terus Agha lempar-lempar jeruknya, jauh lho Nda lemparnya. Kalau Adek digigitin, kecut hiiii." ucap Agha panjang lebar.

"Agha sudah bisa lempar sampai jauh? hebat nih." Aku mengapresiasinya. Usia Agha saat ini adalah usia eksplorasi, jadi aku berusaha tidak mematikan semangatnya eksplor apapun selama itu aman dan tidak mubadzir.

"Iya, jauh banget," kata Agha kemudian.

"Adek nggak lempar-lempar juga ya, cuma digigit jeruknya sama Adek?"

"Iya, digigitin sampai rusak." Mungkin maksud Agha adalah sampai jeruknya pecah dan airnya  banyak yang tumpah dan tercecer.

"Bunda seneng lho dengernya, Agha sama Adek main bareng kek gini, Mas Agha hebat bisa main dan berbagi sama Adek."

Agha tersenyum mendengarnya. Aku memeluk Agha dan dibalas dengan ciuman yang mendarat di pipi. Agha juga mencium Adeknya yang sedang asik memasukkan stick es krim ke dalam botol bekas. Hatiku menghangat, bahagia sekali melihatnya.

"Oh ya, Mas biar lebih hebat, ayuk jeruknya dimasukkan keranjang biar rapi," ajjaku lembut.

"Ayuk Nda." Agha segera berlari ke kamar mengambil keranjang.

Kami pun memunguti jeruk satu per satu dan memasukkannya ke dalam wadah. Setelah semuanya rapi aku sengaja memuji Agha kembali, "Terimakasih ya Mas, Mas Agha hebat mau merapikan jeruknya, besok lagi kalau main dirapikan ya Mas, enak kan sudah bersih, bisa buat main bola nih."

"Ayuk Nda main bola," lanjut Agha mengajak main bola.

Meski sebenarnya agak malas karena sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang, aku tetap mengiyakannya. Kami pun main bola sambil menunggu adzan maghrib tiba, bahkan Affan bergabung dengan kami dan melupakan stick eskrimnya.

#Harike2
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar