Jejak Riona

1 komentar
"Pak, gimana kalau Riona beneran diculik, Ibuk nggak akan bisa maafin diri ibuk sendiri Pak," ratap Ratna di tengah isak tangisanya.

"Ibuk jangan pesimis gitu, lebih baik banyak doa dan terus berbaik sangka," hibur Sang Suami dengan nada penuh harap.

"Tapi Polisi sudah mencari kemana-mana kan Pak, nyatanya belum ada hasilnya, harusnya saat isu penculikan itu merebak, Ibuk lebih hati-hati, semua salah Ibuk, harusnya Riona diantar jemput sama Ibuk ya Pak," racau Ratna menyalahkan dirinya sendiri.


"Sudah Buk, istighfar ya, mending kita sholat dhuhur dulu yuk, siapa tahu habis sholat ada kabar baik dari Kantor Polisi." Mereka kemudian berjalan beriringan ke tempat wudlu.

Tepat satu minggu berselang dari hilangnya Riona, putri semata wayang Ratna dan Rio. Usianya baru 11 tahun. Gadis kecil itu biasa pulang pergi ke sekolah bersepeda. Entah bagaimana kejadian sebenarnya. Sepeda Riona terparkir rapi di tempatnya usai pulang sekolah, namun jejaknya tak ada dimanapun.

***
"Asalamualaikum, Rin Ibuk pulang, Maaf ya Ibuk terlambat, tadi sehabis pengajian Ibuk lihat gamis cantik, kayaknya cocok buat kamu, jadi Ibuk keasikan milih," ucap Ratna tanpa jeda sembari berjalan ke ruang makan. Waktu menunjukkan jam dua siang. Biasanya jam segitu Riona asik makan siang sambil nonton film kartun kesukaannya.

Tak ditemuinya Riona di ruang makan, Ratna segera menuju ke kamar. Kosong. Kemudian beralih ke dapur, ke kamar mandi, dan ke seluruh penjuru rumah. Tak ada dimanapun. Ratna kembali ke kamar, mencari baju seragam sekolahnya. Nihil. 

Ratna mulai panik dan gelisah. Ditelponnya beberapa teman dekat gadis kecilnya. Dikunjungi sederetan rumah tetangganya. Hasilnya semakin membuat dadanya sesak. Beberapa tetangga dekat pun mulai ikut panik karena merbaknya isu penculikan. Mereka berkumpul di rumah Ratna. Menguatkan dan mencarikan jalan keluar.

Ratna kemudian memilih mengabari Rio, suaminya setelah satu jam yang lalu menundanya. Ia menceritakan secara detail kepualangannya yang terlambat dan menghilangnya Riona.

Rio, laki-laki yang tenang dan piawai membawa diri. seorang senior supervisor di sebuah perusahaan spinning di kotanya. Cara berpikirnya logis dan terstruktur. Ia tidal serta merta panik mendemgar berita hilangnya putri kesayangan. Pikirannya bergerak berpikir segala kemungkinan.

"Coba Ibuk hubungi teman-temannya, siapa tahu Riona sedang main atau mengerjakan tugas sekolah, Ibuk tahu sendiri kan tugas sekolah jaman sekarang luar biasa banyak dan ribet."

"Tadi sebelum telpon Bapak, Ibuk sudah telpon beberapa teman dekat Riona, katanya tadi Riona langsung pulang dan hari ini hanya ada PR menggambar, Ibuk takut Pak." Suara Ratna mulai gemetar menahan tangis.

Hening

"Pak... Kok malah diem, pie tho," gerutu Ratna.

"Ibuk sudah tanya ke tetangga?" kata Rio kemudian.

"Ini Bu RT dan beberapa tetangga kumpul di rumah, tadi Ibuk sudah keliling komplek dan menanyakannya pada para tetangga, siapa tahu Riona main di sekitar sini dan mereka melihatnya."

"Hasilnya?" tanya Bapak mulai mendesak.

"Kata Bu Darto, tadi melihat Riona masuk gerbang rumah, setelahnya nggak tahu lagi."

Terdengar suara hembusan nafas panjang di seberang telpon.

"Pak... Bapak pulang aja ya, ijin pulang gasik, Ibuk takut kalau...."

"Ssssttt, sudah nggak usah diterusin, tunggu Bapak di rumah, Bapak mau ijin dulu ke atasan ya, mudah-mudahan diijinkan."

"Masa iya nggak diijinin tho pak, lagian paling cuma gasik satu jam kan."

"Tadi sebenernya Bapak diajak meeting sama Pak Manajer, meeting gabungan sama departemen lain habis maghrib nanti, mumpung ada owner datang, bahas masalah yang sudah berlarit-larut belum ada penyelesaiannya, tapi karena kondisinya genting ya Bapak mau ijin, doain ya Buk biar diijinin.

"Amin," sahut Ratna.

"Ibuk sholat ashar aja dulu ya, biar tenang, pasti belum asharan tho."

"Iya Pak," jawab Ibuk mulai tenang.

"Ya sudah ya, assalamualaikum," tutup Rio di seberang telpon. Terdengar bunyi Tut tut tut tanda telpon sudah dimatikan.

Bersambung




Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar