Cara Orang Tua Menyikapi Perselisihan Anak

2 komentar
Cara Orang Tua Menyikapi Perselisihan Anak


Ada yang punya anak dengan jarak rapat? Tentu punya pengalaman saat mereka berebut sesuatu. Entah itu mainan, buku, gendong, kursi bahkan perhatian. Sebagai orang tua kita mesti bijak saat menyikapi perselisihan semacam ini, jangan sampai karena salah bertindak lantas muncul kecemburuan yang menyakiti hati salah satu diantara mereka.

Sangat berbahaya jika sakit hati muncul dalam pengasuhan anak-anak. Apalagi sampai berbuah dendam. Bisa jadi akan memunculkan sibling rivalry di antara mereka. Takutnya rasa tersebut akan terbawa terus sampai mereka dewasa. Pernah dengar sesama saudara memperebutkan satu gadis yang sama untuk dipacari? Bisa jadi ini kegagalan pengasuhan yang menimbulkan sibling rivalry dan terpelihara hingga dewasa. Apapun dikompetisikan. Dan ngerinya kalau sudah di level kompetisi tidak sehat. Padahal hidup akan jauh lebih indah jika kita saling berkolaborasi dan bersinergi untuk menggapai ridho Allah.

Bagi saya pribadi seorang ibu dengan dua anak balita yang selisihnya hanya dua tahun, perlu sekali menyikapi perselisihan ini dengan tepat.

Cek Cara Orang Tua Menyikapi Perselisihan Anak

Di bawah ini adalah step by step menyikapi perselisihan anak yang sering saya terapkan di rumah.

1. Membiarkan Mereka Menyelesaikan Masalahnya Sendiri

Cara pertama adalah membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri selama kondisi tidak membahayakan. Dengan cara ini, anak-anak belajar banyak hal diantaranya mencari solusi atas permasalahan yang timbul atau istilah kerennya problem solving, mempertahankan hak milik jika ini terkait barang dan mengenal resiko dari permasalahan yang terjadi.

2. Melerai

Cara kedua adalah melerai jika memang sudah ada kontak fisik yang membahayakan salah satu atau keduanya. Jika yang diperebutkan adalah barang, maka kembalikan barang kepada yang punya.

Misal mainan itu memang milik kakak, meski adiknya nangis sampai ngosek-ngosek pun tetap harus dikembalikan kepada kakaknya jika sang kakak tidak mengizinkan. Alihkan ke mainan lain, barang lain atau hal lain untuk menghentikan tangisnya. Jika tangis sudah reda, sampaikan bahwa mainan atau barang tadi yang diperebutkan bukan miliknya, tapi milik saudaranya. Jadi harus meminta izin dulu sebelum meminjamnya. Dan jika memang tidak diizinkan, berarti memang bukan rezekinya saat itu.

Tentunya ini berlaku bagi yang menanamkan konsep hak milik juga di dalam keluarga, mana milikku, mana milikmu dan mana barang milik bersama. Karena ternyata ada keluarga yang semuanya serba milik bersama. Tak ada kepemilikan pribadi, padahal konsep kepemilikan ini penting banget. Mengajarkan hak dan kewajiban. Hak mempertahankan miliknya dan kewajiban menjaganya. Meski demikian, secara bertahap anak harus diajarkan konsep berbagi dengan cara yang menyenangkan, bukan dengan cara dipaksa. Jika konsep berbagi yang anak kenal sejak kecil menyenangkan, insa Allah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang suka berbagi.

3. Menasihati

Setelah kondisi aman dan nyaman, baru kita bisa menasehati anak-anak dengan kalimat-kalimat positif dan dengan cara yang lembut. Contohnya, “sesama saudara harus saling sayang dan mau berbagi.”

Jangan lupa untuk mendengar cerita mereka tentang kronologinya. Dengarkan dari dua sisi agar kita bisa bijak. Nah, dari kronologi itu kita tahu siapa yang salah, ajarkan mereka untuk minta maaf dan berpelukan setelahnya. Cara ini juga mendidik anak untuk memaafkan. Harapannya dengan saling memaafkan, tak ada dendam yang menyusup di hati. Sehingga mereka bisa tumbuh menjadi saudara yang saling menyayangi dan mengasihi.

Cara di atas adalah pengalaman saya dalam menyikapi anak yang berselisih. Semoga bermanfaat untuk mendidik generasi penerus peradaban.
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

2 komentar

  1. Asik banget bunda tips-tips mendidiknya.. sangat bermanfaat, terima kasih lho 😇🤗

    BalasHapus

Posting Komentar