Ada banyak cara untuk mengajarkan anak berhitung, salah satunya dengan mainan. Sebenarnya ada banyak jenis mainan atau permainan yang bisa mengajarkan konsep matematik dan berpikir logis, tapi di hari kedua tantangan game level 6 perkuliahan bunda sayang Ibu Profesional, kami memilih membuat mainan ular tangga. Tujuannya tentu saja, mengenalkan konsep matematika.
Belajar berhitung dengan ular tangga ini cukup efektif dan menyenangkan. Dengan ular tangga, anak-anak bisa memahami instruksi maju 6 langkah, dua langkah, tiga langkah atau bahkah hanya satu langkah. Menyenangkan karena selain belajar, anak-anak bisa sekalian bermain dan meningkatkan bonding dengan orang tua. Apalagi jika mainan tersebut bikin sendiri bersama anak, DIY atau do it your self. Makin seru.
Langkah Membuat Mainan Ular Tangga
Kami membuat mainan ini dengan kertas bekas kalender. Sengaja memanfaatkan apa yang masih bisa dimanfaatkan. Selain lebih murah, juga karena dengan menggunakan barang bekas bisa meminimalkan sampah.
Nah kertas kalender yang kami pilih lumayan tebal. Jauh lebih tebal dibanding kertas karton. Jadi bisa lebih kokoh untuk membuat mainan. Saat membuatnya, kami lebih dulu mengukur kertas. Ini bagian bundanya, Agha memperthatikan dan mendengar bundanya menjelaskan. Sesekali ikut mengukur. Setelah semua kotak dibuat, Agha menghitung jumlah kotak panjang dan lebarnya. Masing-masing 10. Jadi total ada 100 kotak. Untuk tangga dan ular nya, Agha yang mengusulkan tata letaknya. Bundanya bagian menggambar sesuai dengan angan-angan dan intruksi Agha.
Nah kertas kalender yang kami pilih lumayan tebal. Jauh lebih tebal dibanding kertas karton. Jadi bisa lebih kokoh untuk membuat mainan. Saat membuatnya, kami lebih dulu mengukur kertas. Ini bagian bundanya, Agha memperthatikan dan mendengar bundanya menjelaskan. Sesekali ikut mengukur. Setelah semua kotak dibuat, Agha menghitung jumlah kotak panjang dan lebarnya. Masing-masing 10. Jadi total ada 100 kotak. Untuk tangga dan ular nya, Agha yang mengusulkan tata letaknya. Bundanya bagian menggambar sesuai dengan angan-angan dan intruksi Agha.
Setelah itu Agha yang memotong tepinya. Tapi karena miring, Agha urung.
"Jelek Nda, nggak lurus, belok-belok."
"Nggak apa-apa, namanya juga belajar, nanti juga lama-lama bisa," jelasku mantap.
Akhirnya Agha mau melanjutkan memotongnya. Baru setelahnya kurapikan kembali. Papan ular tangga pun siap untuk dimainkan. Namun belum ada dadu. Waktunya membuat dadu.
Sesi membuat dadu pun harus penuh perhitungan. Agha mengamati dan ikut membuat titik di tiap sisinya, tentunya sembari menghitung. Setelah kelar dipotong, rangka dadu disatukan menggunakan lem.
Usai membuat dadu, termin berikutnya membuat tokoh/lakon yang memainkan. Aku memilih menggunakan bebek sebagai pemainnya. Ada tiga bebek yang kami buat, warna biru, merah dan oranye. Menyesuaikan pensil warna yang tersisa. Nah, jadi deh mainan ular tangganya.
Cara Memainkan Ular Tangga yang Menyenangkan
1. Beritahu Anak Aturan Mainnya
Kami membuat mainan ular tangga saat malam hari, tapi belum sempat memainkannya. Pagi hari, baru lah kami memainkannya. Agha baru paham cara mainnya, karena baru pertama kali melihatnya. Iya, cara termudah adalah dengan memberikannya contoh.
Jadi orang tua terlebih dulu yang memainkannya, dengan melempar dadu, kemudian memainkan lakon untuk melangkah sesuai dengan dadu yang muncul. Setelah itu, beri giliran pada anak. Pada proses ini, anak belajar berhitung dan menelaah kemungkinan dia bisa lebih cepat naik karena tepat di tangga atau beresiko turun karena hitungan langkah tepat di ular.
Ssssttt... Saat sedang memainkannya, ayah berkomentar, "kok diajarin main dadu Nda? Bukannya nggak boleh?" Semalam ayah memang tidak ikut serta membuat mainan karena pulang kerja cukup larut.
Waktu mendengar komentar ayah, bundanya tersadar bahwa memang ada hadist nabi yang menyatakan larangan bermain dadu. Dan aku benar-benar lupa terkait ini. Padahal tujuannya hanya belajar konsep matematika. Aku belum muluk-muluk ingin mengajarkan peluang atau probabilitas. Tujunnya sederhana, mengenalkan berhitung dengan menyenangkan. Tapi, eh kenapa dadu.
Memang ada perbedaan pendapat mengenai boleh tidaknya bermain dadu. Ada yang membolehkan, makruh dan bahkan mengharamkan. Yang mengharamkan jelas karena di hadist nabi tersurat demikian.
Adapun yang membolehkan, lebih memaknainya secara kontekstual. "Dadu" dimaksudkan dengan judi. Jadi ketika hanya sebagai permainan dan tidak ada unsur judi, hukumnya boleh. Dan kami lebih mengikuti pendapat ini. Pendapat yang membolehkan.
Toh, dadu disini sebagai alat peraga edukatif, sebagai media belajar. Belajar berhitung dengan ular tangga. Dan ini cukup efektif serta menyenangkan untuk dimainkan. Semoga kami tidak salah mengambil langkah. Bismillah...
Bagi yang tidak berkenan boleh menggunakan pendapatnya sendiri, sesuai keyakinan dan kemantapan hati.
2. Ajak Ayah ikut Serta Bermain Ular Tangga
Ada beberapa sosok ayah yang jarang terlibat dalam pengasuhan anak. Namun seharusnya tidak demikian. Ayah harus turut serta dalam pengasuhan anak-anak. Salah satu momen yang bisa dipakai agar ayah terlibat dan sekaligus menjadi quality time adalah dengan bermain bersama.
Ular tangga ini cukup seru untuk dimainkan bersama antara anak, ayah dan bunda. Kalau kami, biasanya kami sekongkol untuk mengalahkan ayah. Akan seru sekali kalau dapat kesempatan pas di giliran naik tangga, dan ayah meluncur ke bawah.
Nah, itu tadi pengalaman saya menemani anak belajar berhitung dengan ular tangga. Seru nya dapat, belajarnya juga dapat.
#harike2
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#thinklogic
Posting Komentar
Posting Komentar