The Power of Comunication

3 komentar

Menjadi ibu dengan dua anak batita adalah sebuah tantangan, apalagi jika menangis bersamaan. Jika tidak bisa mengendalikan emosi, bisa-bisa kemarahan kita turut meramaikan suasana. Dan disinilah serunya menjadi ibu, bukan hanya mengajari anak dengan berbagai hal, tapi juga mengajari diri sendiri. Melatih emosi, memperbaiki komunikasi, menjaga disiplin dan berbagai aspek lain terkait perbaikan diri. 

Nah, sore kemaren, duo sholih tersayang menangis bersamaan saat maghrib datang. Berawal dari Affan yang iseng menggigit mas-nya. Aku kurang cepat melerainya, jadilah Agha yang sakit dengan bekas gigi Affan di tangan menangis dengan kencang. Suaranya menyaingi suara adzan yang mengalun merdu dari mushola di belakang rumah. Saat itu ayahnya belum pulang, untungnya ada mbah ibu yang segera mengambil alih Affan dalam gendongan. Agha ingin membalas Affan tapi dia urung begitu kupeluk, kudekap dan kuajak ngobrol.



"Maafin Bunda ya Sayang, tadi bunda nya kurang cepat ya?" ucapku lembut.

"Iya, adeknya nakal," kata Agha mulai menyudahi tangisannya.

"Adek juga minta maaf ya, adek itu mau ngajakin mas Agha main,"

"Sakit ya? Mana yang sakit?"

"Ini," jawab Agha menunjukkan lengannya yang digigit.

"Ya sudah, kita sama-sama berdoa sama Allah ya, mohon untuk disembuhin."

Agha mengangguk. Ia mengikuti doa yang kuucapkan. Agha pun sepertinya sudah melupakan sakitnya, kembali asik dengan mainannya. Affan sudah ikut mbah ibu ke tempat sholat. Melihat kondisi Agha yang sudah cukup stabil, kuajak dia untuk sholat.

"Gha, sholat yuk."

"Enggak mau," Agha menolak dengan keras. Biasanya jika Maghrib ayahnya sudah di rumah, Agha diajak ke mushola, tak perlu ada drama klasik seperti ini.

"Bunda pengen disayang Allah, jadi bunda harus sholat," jawabku lembut.

"Emoh," teriak Agha dengan jurus andalannya, menangis.

Kutarik nafas panjang, kutatap matanya, "Bunda harus sholat Sayang, Mas Agha mau main disini dulu sendirian atau ikut Bunda ke tempat sholat?"

Agha berpikir sejenak sebelum memutuskan, "Agha mau ikut Bunda sholat, biar disayang sama Allah."

"Alhamdulillah, Bunda suka deh kalau Mas Agha rajin sholat gini, hebat, ayuk wudhu dulu."

Kami pun berjalan beriringan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Aku lega dan bersyukur akhirnya bisa sholat maghrib tanpa harus mengulur waktu lebih lama lagi. Seandainya komunikasi tadi kurang tepat, maka bisa jadi aku sholat dengan super singkat karena Agha menangis.

Inilah pentingnya komunikasi yang baik dalam pengasuhan anak. Kekuatan kata, efektifitasnya, pemilihan diksi, intonasi, gesture tubuh dan mimik muka semuanya saling berkontribusi untuk menyukseskan komunikasi. Saat tadi Agha marah karena digigit, kucoba menghalau emosinya dengan memeluk dan mendekapnya. Ajaib, pelukan memang memberikan energi cinta yang luar biasa. Emosi Agha pelan-pelan luruh bersama semakin eratnya pelukan dan dekapan.

Dalam berkomunikasi dengan anak, empatipun perlu diikutsertakan bahkan hukumnya wajib, fardhu ain. Seperti halnya tadi saat Agha tangannya sakit, aku pun mencoba berempati dengan menanyakan kondisinya, dilanjut dengn mengajaknya berdoa bersama pada Allah. Tujuannya agar anak tahu bahwa kita memahaminya. Memahami rasa sakitnya, mengetahui apa yang dirasakannya.

Kemudian, salah satu metede berkomunikasi yang efektif dengan anak-anak adalah dengan memberi mereka pilihan, bukan hanya ajakan ataupun perintah. Saat tadi Agha saya ajak untuk sholat, dia menolak dengan keras. Tapi saat ajakan itu berbentuk pilihan ikut sholat atau tetap main tapi sendirian. Agha pun memilih untuk ikut sholat. Dalam hal ini, anak pun turut serta belajar mengambil keputusan. Dengan sukarela anak sendiri yang memutuskan ikut, memilih yang menurut mereka paling nyaman dan menyenangkan.

Jadi sangatlah penting bagi orang tua, terkhusus ibu untuk belajar komunikasi yang efektif. Nah, beberapa yang disebutkan di atas adalah buah dari penerapan kaidah komunikasi produktif. Materin ini disampaikan dalam kuliah Bunda Sayang Komunitas Ibu Profesional. Materinya memang sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-sehari, alhamdulillah.



#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang #institutibuprofesional
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

3 komentar

  1. Awesome... Kemasan showingnya dapet. Sukaaa... Keep fighter kaa:*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagi belajar, belajar lagi, lagi dan lagi deh pokoknya mbak. Semangat!!!

      Hapus
  2. Ma syaa Allah, dapat banget mbaa ilmunya pas baca. Selama ini sepertinya masih kurang sabaran sehingga gak 'ngena' di anak. Hiks, jadi curhatšŸ˜„

    BalasHapus

Posting Komentar