Belajar Rasa Bermain

2 komentar


Agenda bermain duo sholih kali ini mengalir. Spontan dan menyesuaikan keadaan. Tak ada perencanaan. Hanya saja memang tetap sesuai tema besar minggun ini, Matematika. Semampunya kami arahkan ke konsep matematis logis.

Bundanya tidak menyiapkan apapun. Bukan karena malas, tapi karena agak-agak hectic. Hari ini ada banyak tamu yang datang. Ndilalah Mbah Kung jadi Tuan Rumah acara rutin pengajian thoriqoh bulanan. Jadi sedari pagi sudah riweh


Duo sholih sih senang aja melihat keriwehan kami. Agha bahkan ikut bolak-balik mencuci sayuran untuk bahan capcay.  Ia juga ikut menimbang rambutan yang baru sana kami beli dan petik sendiri di pohonnya, serta menata salak di piring sembari menghitungnya. Melihat mas nya ikut uplek, Affan nimbrung dan bergabung. Mengacak-acak rambutan di piring.

Karena sudah mulai ruwet di dapur, mau tak mau mereka harus dialihakan. Segera kuboyong mereka ke halaman belakang. Kami bermain batu-batuan kecil. Membuat bentuk-bentuk dari kerikil. Menyendok dan menuangnya ke dalam gelas. Duo sholih asik bermain.

Malam hari, kami kira mereka sudah lelah karena hampir seharian tak mau tidur siang. Ternyata anak kecil memang punya cadangan energi yang tak ada habisnya.

Agha mengambil bunga pinus. Menyebarkannya ke penjuru kamar. Daripada saling nelempar yang bisa-bisa berujung tangis, bundanya berinisiatif untuk mengajaknya menghitung total bunga. Total ada 12 dengan berbagai ukuran.


Bunga pinus ini dulu kami dapat saat liburan ke Curug Madu Resmi yang berlokasi di Kecamatan Doro, kabupaten Peklaongan. Agha sendiri yang memungut bunga-bunga.  Berserakan di area wisata.  Akhirya kamk bawa pulang. Masih awet sampai sekarang meski sudah hampir satu tahun yang lalu. Kami manfaatkan untuk media bermain duo sholih.

Seperti kali ini, Agha belajar membagi bunga-bunga tersebut ke dalam gelas plastik besar. Masing-masing enam. Karena disitu juga ada mangkok. Permainan pun saya alihkan ke konsep volume/isi dan besar kecil.

Saat tadi di gelas plastik, tidak semua bunga pinus bisa masuk. Paling mentok 6 biji. Namun saat di mangkok, ke12 bunga tadi muat semuanya. Agha sendiri yang mengambil kesimpulan. "Karena wadahnya besar ya, jadi bisa banyak?" tanya Agha mencaei jawab.

Saatnya bundanya menjelaskan. "Gelas sama mangkoknya gede apa Gha?" tanyaky memancing Agha berpikir.

Agha langsung menjawab pertanyaan. Tak berpikir panjang. "Gede mangkoknya, Nda."

"Karena lebih besar, jadi muatnya lebih banyak. Isinya jauh lebih banyak."

"Ini lebih besar lagi, Nda, seru Agha menunjukkan toples bekas biskuit yang beralih fungsi jadi wadah pemyimpanan mainan. Kami pun tertawa bersama.

Affan yang sedari tadi sibuk sendiri bermain stik eskrim mulai bete karena bundanya asik menjelaskan ke Mas Agha. Sepertinya dia merasa terabaikan. Ia mulai menjerit-jerit mencari perhatian.

"Apa Dek? Seru ku berlaih ke Affan.

"Hu... Hu... Hu..." ucap Affan dengan bahasa khas nya.

Aku pun mengajaknya menghitung stik es krim yang ada di depannya. Kami menghitung bersama. Agha ikut menghitung dengan keras. Seolah turut mengajari Affan cara berhitung.

Semakin larut, mata duo sholih nampak ngantuknya. Waktunya berkisah sebagai pemgantar tidur. Kami pun merapikan mainan dan beranjak ke tempat tidur. Alhamdulillah hari ini agenda bermain berjalan lancar meski tanpa perencanaan. Bermain yang sebrnarnya juga belajar, atau lebih enak kita sebut belajar rasa bermain.
Naila Zulfa
Seorang istri dan ibu pembelajar serta Praktisi HR yang suka dunia literasi. Selamat datang di Dunia Naila, semoga apa yang dibaca bermanfaat.

Related Posts

2 komentar

  1. Samaan mba, anak2q juga batrenya kayak d charge terus, ga ada capek2nya...tp ya begitulah nak kanak, semakin aktif semakin pintar

    BalasHapus

Posting Komentar